Salah satu upaya Jakarta menuju kota global adalah dengan terciptanya konsep sustainable living atau kehidupan berkelanjutan yang ramah lingkungan. Upaya ini dapat meminimalisir dampak buruk bagi lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem serta memperkuat target tujuan pembangunan berkelanjutan.
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan kembali menyelenggarakan Webinar Bicara Kota yang mengusung tema “Eco-Warriors: Revolusi Konsumsi yang Ramah Lingkungan'’, Selasa (05/03).
Pada series ke-2 ini dihadiri oleh beberapa narasumber yang kompeten dalam bidangnya seperti Suharini Eliawati selaku Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, Yusmanetti Sari selaku Food System Specialist (Food Agriculture Organization), M. Hendro Utomo selaku pendiri Foodbank of Indonesia dan Sigit Kusumawijaya selaku Profesional Arsitek & Perancang Kota dan Co-Inisiator (Indonesia Berkebun).
M. Hendro Utomo menyampaikan bahwa pangan itu asasi, suatu bangsa dikatakan merdeka jika sudah berketahanan pangan. Kota berkelanjutan merupakan kota yang mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat masa kini dan keseimbangan aspek ekonomi, lingkungan, dan kesejahteraan sosial.
Mengontrol perilaku konsumsi pangan dan pemanfaatan ruang menjadi salah satu kunci dalam pemenuhan kebutuhan pangan di kota besar, khususnya kota Jakarta.
“Jangan pernah lupa ‘lautku adalah lumbung panganku’, jadilah konsumen yang bijaksana dengan belanja secukupnya, dan kita harus memanfaatkan ruang-ruang yang ada dengan aktivitas yang berguna seperti urban farming yang dapat memenuhi kebutuhan pangan,” ujar Suharini Eliawati.
Cara pandang terhadap pemanfaatan ruang dan lahan untuk memenuhi ketahanan pangan menjadi salah satu poin penting dalam memperkuat target tujuan pembangunan berkelanjutan.
“Kita sebetulnya tidak mendapatkan warisan dari nenek moyang kita, malah sebaliknya kita harus memutar paradigmanya bahwa kita itu pinjam dari anak cucu kita. Jadi, jika kita pinjam berarti harus dikembalikan dengan baik untuk mereka. Bukan kita merasa mendapatkan warisan dan anak cucu kita mendapatkan warisan dari kita, tetapi terbalik, kita pinjam dari anak cucu kita, ‘We do not inherit the earth from our ancestors, we borrow it from our children,’ ujar Sigit Kusumawijaya dalam menanggapi berbagai hal dalam pemanfaatan lahan untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Sinergi antara pemerintah dan masyarakat juga dibutuhkan untuk pemenuhan ketahanan pangan sehingga dapat mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
“Untuk menciptakan dan mewujudkan konsumsi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan membutuhkan komitmen, dimana kita semua bisa bersama-sama bersinergi mengkonvergensi semua masalah dan mencapai semua indikator yang diinginkan,” kata Yusmanetti Sari di Studio Jakarta Satu.
Pada webinar kali ini diharapkan dapat memberi informasi dan edukasi bagi masyarakat dan pemerintah untuk bijak dalam memanfaatkan setiap ruang di wilayah perkotaan yang memiliki keterbatasan lahan, sehingga dapat menjaga ketahanan pangan di masa yang akan datang.
Acara yang disiarkan secara langsung pada Zoom dan Youtube Jakarta Satu DKI dan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta ini, akan hadir setiap bulan untuk membuka ruang diskusi dan berbagi ilmu antara masyarakat dan pemerintah.
--SA