27
Mei 2025

Menata Ulang Ruang Publik: Taman 24 Jam Jadi Simbol Kota Inklusif dan Aman

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta resmi membuka 5 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman selama 24 jam. Kebijakan ini merupakan salah satu program 100 hari Gubernur Jakarta yang bertujuan untuk menghadirkan taman yang inklusif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di ruang publik.

 

Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta menggelar Talkshow Bicara Kota 2025 Seri ke-13 pada Selasa (27/5). Acara bertema “Aktivasi Taman 24 Jam: Ruang Publik Aman, Kreatif, dan Inklusif!”, acara ini menyoroti pentingnya kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam menciptakan taman kota yang tidak hanya aman, tetapi juga mendorong kreativitas dan keterlibatan semua kalangan.

 

Talkshow ini menghadirkan empat narasumber ahli di bidangnya masing-masing, yaitu Eko Cahyono selaku Perencana Ahli Muda Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi Jakarta, Raphaella Dewantari Dwianto selaku Sosiolog dan Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia, Nirwono Joga selaku Praktisi Perkotaan Berkelanjutan, Achmad Basyaruddin selaku Camat Kebayoran Baru.

 

Terbukanya ruang publik tidak hanya menghadirkan ruang interaksi sosial, tetapi juga berperan sebagai ruang ekologis bagi makhluk hidup. Kehadiran ruang ini menciptakan rasa nyaman yang mendorong masyarakat untuk mengekspresikan diri serta membentuk komunitas-komunitas baru yang lebih positif. Aspek keamanan sebuah taman di ruang publik dapat meningkatkan daya tarik dan meningkatkan retensi untuk kembali ke taman dalam durasi waktu yang lebih lama.

 

“Ruang publik tidak hanya nyaman tetapi juga menjamin keamanan bagi penggunanya, perlu fasilitas yang dapat ditambahkan seperti, keamanan tambahan, penerangan dengan memperhatikan habitat hewan dan tumbuhan yang harus dijaga, jadwal ruangan yang dapat digunakan 24 jam, tempat ibadah, dan ruang kesehatan atau laktasi,” kata Eko.

 

Aspek keamanan dalam pemanfaatan taman 24 jam menjadi perhatian utama, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan penyandang disabilitas. Perhatian terhadap aspek keamanan ini penting agar tidak menjadi hambatan bagi mereka untuk beraktivitas, dan saling berinteraksi di ruang publik.

 

“Taman dapat digunakan sebagai sarana edukasi karena terdapat interaksi antar kelompok masyarakat tanpa mengesampingkan kelompok rentan seperti, anak-anak, lansia maupun orang berkebutuhan khusus,” jelas Raphaella.

 

Selain itu, dalam upaya mewujudkan Jakarta sebagai kota global, program taman 24 jam juga memerlukan dukungan digitalisasi. Konektivitas kota yang terintegrasi dengan jaringan internet cepat menjadi salah satu faktor penting yang dapat mendorong antusiasme warga untuk berkunjung dan beraktivitas di ruang publik.

 

“Jaringan internet yang cepat dapat menjadi masukan untuk taman di Jakarta, selain itu harapan dari program ini adalah antusiasme warga terhadap budaya bertaman yang nantinya dapat menyebar ke seluruh wilayah Jakarta,” ujar Nirwono.

 

Membangun ruang publik memberikan manfaat positif bagi masyarakat, dengan adanya interaksi sosial, edukasi, dan saling toleransi akan menurunkan konflik sosial di masyarakat. 

 

“Sejauh ini tidak ada laporan kriminalitas, kalau sudah saling menjaga pasti juga saling mengingatkan antar warga,” ucap Achmad.

 

Melalui acara ini diharapkan meningkatkan antusiasme warga terhadap budaya bertaman yang inklusif di seluruh wilayah Jakarta.

 

-SF

 

Bagikan
Link berhasil disalin!